Anjar : Menguatkan Ekonomi Komunitas Dimulai dengan Kepercayaan

Anjar, biasa dipanggil. Seorang aktivis dari Kota Kediri. Sudah puluhan tahun ikut terlibat dalam program penggaulangan HIV/AIDS di Kota Kediri. Tidak terhitung berapa orang yang terbantu saat menjadi konselor hingga menjadi Program Manager di LSM Redline Kota Kediri. Ya, Kota Kediri yang tumbuh dan berkembang pesart sebagaimana kota lain di Jawa Timur.

 

Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur per Juni 2016 Kota Kediri menduduki peringkat 15 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Data tersebut adalah data yang terlaporkan, sedangkan kita tahu bahwa fenomena HIV/AIDS seperti gunung es. Tampak sedikit dari luar, padahal didalam yang tersembungi dan belum tampak bisa berkali-kali lipat.

 

Apa yang bisa dilakukan oleh Anjar ? Awal bergabung di Redline, program penaggulangan HIV/AIDS menjadi program awal diurusi. Selanjutnya malah berkembang dan tidak terlepas bahwa banyak sekali Ibu Rumah Tangga yang terpapar HIV. Sebagaimana data di provinsi Jawa Timur bahwa Ibu Rumah Tangga 200% lebih banyak daripada Pekerja Seks yang terpapar HIV. Artinya bahwa masih sangat rawan perempuan menjadi korban dari perpindahan virus tersebut. Ingat, jika sekali virus itu berpindah, dia akan menetap di tubuh inangnya dan hingga saat ini belum ada obat yang bisa membunuh virus tersebut.

 

Saat ini, dan sudah dilakukan beberapa tahun terakhir bahwa ODHA diyakinkan tidah perlu dikasihani, tidak perlu dijadikan obyek namun perlu dilibatkan sebagai subyek. Ya, Anjar bersama teman-teman di Redline Kediri membuat unit usaha. Unit usaha tersebut banyak dan berkembang, seperti membordir, menjahit, sablon hingga ODHA difasilitasi menjual di toko pracangan / toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Usaha tersebut perlu didukung dan masih menjadi program rintisan, sehingga dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan. Beberap produknya akan muncul di website www.indonesiaberkarya.id, harapannya produk tersebut dapat diterima konsumen. Saat ini adalah masa-masa bagi komunitas ODHA untuk lebih berdaya, awal dulu mendirikan dan mendorong komunitas untuk percaya diri bahwa produknya dapat diterima itu tidak mudah, ujar Anjar saat diwawancarai Indonesia Berkarya. Tantangan terbesar adalah komunitas merasa bahwa produk mereka tidak layak jual, tidak kompetitif, padahal produk mereka juga bagus, berkualitas. Bahkan kalau ada pesanan jahitan pakaian dinas, kami berikan kepada komunitas, tambahnya.

 

Memang benar, tantangan paling utama bekerjasama dengan komunitas adalah bagaimana membuat kepercayaan diri komunitas bahwa produk mereka layak jual, berkualitas tinggal bagaimana konsumen tahu seberapa jauh kualitas produk mereka. Lalu apalagi pengalaman unik Anjar saat menjadi salah seorang yang membuat perubahan dan mendorong kemandirian komunitas ? Ikuti wawancara pada editis selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.