Contoh kegiatan wirausaha
Masih semangat pagi teman-teman ! Nah, kita sudah mempelajari bersama tentang wirausaha dan bagaimana ciri mereka. Kita akan membahas dan lagi tentang beberapa contoh kegiatan yang termasuk dalam kategori wirausaha. Banyak sekali bidang wirausaha yang bisa disasar, salah satunya kewirausahaan pendidikan dan siapa yang disebut sebagai wirausaha pendidikan tersebut. Pendapat atau rumusan yang ada cenderung menggambarkan suatu jenis wirausaha pendidikan yang unggul beserta karakteristik peran dan kegiatannya. Berdasarkan temuan adanya berbagai jenis wirausaha bisnis, sangat dimungkinkan pula adanya sejumlah jenis wirausaha pendidikan. Tugas wirausahawan pendidikan ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan.
Wirausahawan tidak akan puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah, akan melakukan revolusi karena itulah yang membedakan wirausahawan dengan pekerja. Contoh Mohammad Yunus mengembangkan bank sampah untuk melayani kaum miskin merupakan suatu inovasi yang bertentangan dengan kaidah yang umumnya menjadi target pasar bank, yaitu mereka yang mampu dan berisiko kecil. Kemacetan akses pada dana yang dihadapi oleh kaum miskin telah dipecahkan dengan penyediaan sistem kredit mikro yang ditujukan kepada mereka dalam pola kelompok. Contoh lain, suatu terobosan atas kebuntuan hidup berdampingan antara etnis Cina dengan etnis setempat di Medan, telah dilakukan oleh Sofyan Tan, seorang lulusan sekolah dokter, dengan mendirikan sekolah di daerah miskin. Sekolah yang muridnya campuran antaretnis tersebut, khususnya dari kalangan miskin, merupakan hal yang baru. Menurut Sofyan Tan, penduduk miskin lebih sulit berintegrasi dengan etnis lain dibandingkan dengan penduduk yang berpendidikan tinggi. Wajarlah bila semula ada yang meragukan kualitas sekolah tersebut. Dengan sistem orang tua asuh asal dari etnis lain, sekolah tersebut telah menghasilkan lulusan yang mampu masuk ke perguruan tinggi negeri yang menjadi kebanggaan sekolah berpredikat sekolah unggulan.
Apabila kita berselancar di dunia maya, kita bisa melihat di laman atau website Ashoka Fellow, organisasi ini menyajikan informasi bahwa jumlah anggotanya mencapai 1.800 orang di 60 negara. Sofyan Tan adalah salah satu penerima Ashoka Fellow. Salah satu misi yang diembannya adalah mengembangkan profesi kewirausahaan sosial di dunia. Cara yang dilakukannya ialah mengidentifikasi wirausaha sosial yang menonjol, menyediakan dana untuk mendukung orangnya, idenya, dan institusinya. Bidang garap kegiatan sosialnya meliputi: pendidikan, lingkungan, kesehatan, hak asasi manusia, partisipasi masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Hal ini sejalan dengan Gregory Dees, seorang professor di Stanford University dan pakar di bidang kewirausahaan sosial menyatakan bahwa kewirausahaan sosial merupakan kombinasi dari semangat besar dalam misi sosial dengan disiplin, inovasi, dan keteguhan seperti yang lazim berlaku di dunia bisnis. Kegiatan kewirausahaan sosial dapat meliputi kegiatan: (a) yang tidak bertujuan mencari laba, (b) melakukan bisnis untuk tujuan sosial, dan (c) campuran dari kedua tujuan itu, yakni tidak untuk mencari laba, dan mencari laba, namun untuk tujuan sosial. Hal sama ini dengan pendapat Dees di atas ditemukan pula dalam pengertian kewirausahaan sosial yang dirumuskan oleh Yayasan Schwab, sebuah yayasan yang bergerak dalam upaya mendorong kegiatan kewirausahaan sosial termasuk pendidikan kepada masyarakat. Dalam websitenya dijelaskan, wirausahawan tersebut menciptakan dan memimpin organisasi, untuk menghasilkan laba ataupun tidak, yang ditujukan sebagai katalisator perubahan sosial dalam tataran sistem melalui gagasan baru, produk, jasa, metodologi, dan perubahan sikap. Wirausaha sosial dan pendidikan menciptakan organisasi campuran (hybrid) yang menggunakan metode-metode bisnis, namun hasil akhirnya adalah penciptaan nilai sosial di masyrakat yang tidak dapat diukur secara ekonomi.
Dibandingkan kewirausahaan bisnis, kewirausahaan sosial dan pendidikan relatif lebih baru dalam perkembangannya. Gencarnya pengembangan kewirausahaan di dunia sosial dan pendidikan yang semula memfokus pada tingkat peguruan tinggi untuk menyiapkan lulusannya mampu berwirausaha dan tidak menganggur, tetapi kini bahkan mencakup dunia pendidikan yang lebih dini, citra kewirausahaan bisnis jauh lebih menonjol alih-alih wirausaha sosial. Pengembangan kewirausahaan sebagai disiplin ilmu, oleh Philip Wickham, dianalogikan sebagai tahapan “remaja”. Jika demikian, cabang kewirausahaan sosial dapat ditempatkan pada fase yang lebih dini, yakni pada tahapan “bayi”.
Lalu apakah karang taruna dapat mengambil peran ini ? Dapat berkarya menjadi wirausahawan ? Jawabannya ada di hari-hari berikutnya. Selamat berkarya.