Kemana Nelayan Kita ?

 

Kali ini Indonesia Berkarya akan mengutip artikel dengan judul “Kemana Nelayan Kita ?” oleh  DR. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng. Staf Ahli Menteri bidang Relevansi dan Produktivitas, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

 

Beliau menyatakan bahwa ketika mata pencaharian sebagai nelayan tidak lagi menguntungkannya maka sudah pasti tidak akan ada lagi masyarakat yang mau berprofesi sebagai nelayan di kemudian hari. Inilah mungkin satu faktor yang menjadiobstacle bagi mereka yang berprofesi atau yang ingin berprofesi sebagai nelayan, yaitu antara lain : (1). “Rendahnya” supply dan demand yang terjadi saat ini,  (2) “tidak memadainya” peralatan tangkap sehingga tidak mampu bersaing dengan nelayan asing yang memakai peralatan tangkap lebih modern, (3) “sumberdaya manusia” yang memiliki kemampuan pemanfaatan Iptek dan pemahaman tentang inovasi yang rendah, sampai dengan dikotomi eksplorasi yang hanya berpihak di daratan saja merupakan sekelumit masalah umum yang dialami oleh nelayan Indonesia. Fakta yang sangat memprihatinkan adalah catatan tentang rendahnya kemampuan nelayan sehingga hasil hasil tangkap  perikanan mengalami “penurunan drastis”.

Jumlah nelayan tradisional menurut survei BPS hasil sensus 2003-2013 dimana jumlah nelayan tradisional turun dari 1,6 juta menjadi 864 ribu. Dari data tersebut jumlah nelayan usia tua lebih banyak dibandingkan dengan usia muda sehingga data ini memberikan fakta bahwa tidak adanya lagi minat generasi muda untuk menjadi nelayan. Didepan mata persoalan nelayan semakin memprihatinkan ketika banyak anak muda yang kemudian tidak ingin lagi menjadi nelayan dan lebih memilih menjadi tenaga buruh dikota-kota besar, terlebih lagi persoalan nelayan belum mendapat perhatian dan keberpihakan kebijakan pemerintah yang terjadi adalah : (1) semakin berkurangnya SDM yang produktif, (2) tidak tersedianya jaminan akses modal, (3) tidak tersedianya jaminan akses pasar, (4) sarana infrastuktur yang tidak memadai, dan (5) tidak tersedia teknologi yang memadai yang Jika hal ini terus terjadi maka akan menjadi bencana atas ketersedian pangan (Indar Wijaya, Malu Menjadi Nelayan).

Solusi yang harus dilakukan pemerintah adalah…

(1) Komprehensif, Integral, Holistik, dalam hal ini Pemerintah berperan menciptakan iklim kondusif dengan melakukan analisis komprehensif dan integral dengan arah dan target yang jelas dan terfokus, sehingga kontribusi potensi kelautan dalam pertumbuhan ekonomi menjadi lebih signifikan,  antara lain: (a)meningkatkan infrastruktur kelautan seperti Pelabuhan ikan, tempat pelelangan, industri pendukung, industri pasca panen; (b) menata dan menciptakan sumberdaya manusia terampil (Middle skill workforce)melalui peningkatan kurikulum dan program studi yang relevan baik di Perguruan Tinggi umum maupun Politeknik, termasuk akademi vocational; (c) meningkatkan sarana prasarana yang sesuai kebutuhan, alih teknologi dalam rangka penyediaan kapal nelayan berikut mesin, peralatan tangkap dan alat komunikasi ideal untuk mendukung upaya penangkapan ikan dengan tingkat priduktivitas tinggi; (d) menata kelembagaanyang dibutuhkan nelayan seperti koperasi dan asosiasi sehingga tercipta kehidupan nelayan yang layak dan iklim kerja yang kondusif; (e) menata Jaringan kerja Nelayan termasuk jaringan inovasi dan klaster industri proses pasca panen;  (f) membangun industri perikanan yang kuat dan berskala besar dengan melibatkan industri termasuk didalamnya pembentukan kluster industri pasca panen ikan, klaster industri proses serta klaster industri sarana prasarana, dan (g) meningkatkan sistem inovasi untuk membangun rantai nilai, hulu-hilir yang memadai dalam rangka menjaga ekosistem melalui budidaya yang terstruktur.

Penciptaan  iklim kondusif harus sesuai dengan kepribadian dalam berbudaya berciri khas keIndonesiaan seperti gotong royong, berdiri dalam suatu komunitas spesifik yang kuat. Dalam konteks kawasan, budaya tersebut ditingkatkan dalam bentuk “otoritas” untuk optimalisasi sumberdaya dan tentunya pembangunan terintegrasi seperti ini akan menarik wisatawan manca negara dan domestic, sehingga hal ini berdampak pada meningkatnya sumber pendapatan masyarakat.

(2) Penataan Supply dan Demand haruslah mampu menciptakan Investasi melalui pemanfaatan sinergi yang harmoni antar jaringan dan pasar untuk hasil laut Indonesia. Ini dapat terwujud jika networking, organisasi bisnis, inkubator iptek serta industri bisa  terwujud dalam suatu klaster Taman Sain dan Teknologi.

(3) Membentuk Rantai Kerja yang harmoni dalam membentuk sinkronisasi program antara:

(a) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan instansi terkait termasuk Perguruan Tinggi dan LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian) serta pemangku kepentingan dan Industri, dengan mulai mengimplementasi strategi Penta-Helix yaitu dalam bentuk membuat berbagai bentuk dan kapasitas prototipe skala industri kapal nelayan modern, mesin kapal serta peralatan tangkap yang dibutuhkan masyarakat nelayan, tentu saja yang sesuai dengan iklim serta  budaya masyarakat nelayan Indonesia. Tugas Kemenristekdikti sampai dengan pembuatan prototipe skala industri bisa  terwujud dan diproduksi skala terbatas non komersial (Low Rate Initial Production-LRIP).

(b) Kementerian Perindustrian dan kementerian BUMN diharapkan dapat memproduksi dan memperbanyak prototipe industri tersebut untuk memenuhi kebutuhan nelayan. Lalu pengelolaan.

(c) Kementerian Kelautan yang memiliki tugas dan fungsi mengelola dan meningkatkan pembangunan di sektor kelautan dimana nelayan berada di dalamnya menjadi faktor kunci dalam proses dan melakukan tata-kelola menggali potensi kelautan di Indonesia.

(d) Dalam rangka membuat prototipe industri, termasuk pengujian mekanis dan fungsi kapal beserta peralatannya dilakukan oleh LPNK, seperti:  BPPT, LIPI, BATAN, BSN, BIG, dan LAPAN, sedangkan konsep disain dan naskah akademis dibangun melalui  Perguruan tinggi yang memiliki kompetensi tinggi di bidang perkapalan dan peralatan tangkap, sedang middle dan higher skill workforce dapat dipenuhi melalui tugas dan fungsi politeknik di Indonesia.

 

Nelayan sudah mulai bergerak, dukung mereka melalui penjualan produk olahan hasil tangkapan mereka. ita dapat mendukung nelayan Indonesia dengan cara melakukan diversifikasi produk olahan ikan. Produk tersebut dapat kita buat menjadi abon ikan, kerupuk ikan, cilok ikan, batagor ikan, tahu ikan goreng dan masih banyak lagi yang dapat kita lakukan.

Indonesia berkarya mendukung dan siap memfasilitasi penjualan produk diversifikasi olahan ikan tersebut melalui website www.INDONESIABERKARYA.id, atau hubungi kami melalui contact person yang ada di halaman depan website. Selamat berkarya dan semoga sukses.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.