Marketing 3.0 (bag 1)
Pada beberapa edisi hari ini hingga beberapa hari kedepan, kita akan mempelajari dan menyadur tentang Marketing 3.0. Sebuah buku yang sangat menarik, yang ditulis pakar marketer dunia : Philip Kotler, lalu ada Bapak Hermawan Kertajaya dan Iwan Setiawan. Kita akan mendiskusikan menjadi beberapa bagian, yuk kita lihat hal-hal penting apa sih yang harus diperhatikan untuk menuju marketing 3.0 :
Bagian pertama : CINTAI PELANGGAN DAN HORMATI PESAING
Seringkali dalam bisnis kita diminta untuk mencintai pelanggan berarti, yaitu meraih loyalitaf mereka dengan cara memberikan nilai yang tinggi. Yaitu menyentuh perasaan dan jiwa mereka. Donald Calne mengatakan bahwa “Perbedaan mendasar antara perasaan dan akal adalah perasaan akan menghasilkan tindakan, sedangkan akal akan menghasilkan sebuah kesimpulan. Keputusan konsumen adalah penting apakah mau membeli atau menjadi pelanggan setia kepada suatu produk.
Bagian kedua : TANGGAPLAH TERHADAP PERUBAHAN, DAN SIAPLAH UNTUK BERUBAH
Bisnis dari waktu ke waktu akan berubah. Lanskap bisnis terus berubah. Jumlah pesaing akan terus meningkat dan semakin pintar, kreatif dan aktif dengan dukungan sumber dana. Demikian juga pelanggan, makin kritis dan aktif. Jika pemasar tidak peka dan tidak dapat mengantisipasi perubahan ini, maka perusahaat akan menjadi kuno dan lama kelamaan mati. Contoh, sebelum Prius, Toyota tidak pernah dianggap sebaga“ inovator tanpa henti yang bertumpu pada produk-produk terobosan”. Perusahaan itu lebih dikenal karena motivasi yang berkelanjutan dengan proses pengambilan keputusan yang perlahan tapi pasti. Namun, Toyota mengetahui itu yang berlangsung di pasar dan menyadari bahwa mereka harus membuat mobil hibrida secepatnya sebelum hal itu menjad usang. Sehingga dengan menciptakan Prius. Toyota telah melanggar banyak aturan manajemen Jepang yang ketat dan bertindak sangat cepat dalam aspek pengembangan produk.
Bagian ketiga : JAGA REPUTASI KITA, PASTIKAN SIAPA DIRI KITA SEBENARNYA
Dalam marketing, reputasi merek adalah segalanya. Jika ada dua produk dengan kualitas yang sama, orang akan cenderung memilih produk dengan reputasi merek yang lebih kuat. Sebuah perusahaan harus membuat mereknya memiliki positioning dan diferensiasi yang sangat jelas untuk target market yang dituju. The Body Shop adalah salah satu contoh untuk bisnis yang values-driven. Praktik yang menonjol dari perusahaan asal Inggris itu adalah community trade, yaitu upaya mereka untuk membeli bahan-bahan alami dari komunitas lokal dan miskin di seluruh dunia. Hal ini mungkin adalah contoh terbaik untuk mencari sumber pengetahuan yang sekaligus dapat mengentaskan kemiskinan.
Praktik bisnis lain yang juga terkenal dari The Body Shop adalah komitmen mereka untuk tidak melakukan percobaan terhadap binatang. Perusahaan ini telah melarang tindakan uji coba produk terhadap binatang jauh sebelum peraturan mengenai hal ini diterapkan di Uni Eropa. Hal ini sangat tidak biasa di dunia bisnis, tidak efisien, dan bisa dikatakan tidak masuk akal untuk dilakukan pebisnis. Namun demikian, hal itu telah membantu The Body Shop menjadi perusahaan ritel dari Inggris yang sukses dengan menciptakan ceruk pasar Untuk produk-produk yang dibuat dari bahan-bahan alami. Sebagai hasilnya, perusahaan kosmetik terbesar di dunia, L’Oreal, membeli 34,2 persen saham The Body Shop dengan harga yang fenomenal.
Ikuti saduran buku Marketing 3.0 dihari esok. Selamat berkarya hari ini, semoga sukses.