Mengenal Pak Budi, Pembuat Handycraft Yang Peduli Hak Anak

Pak Budi, saya mengenal dan biasa memanggil beliau. Beliau adalah orang yang hebat, yang saya kenal pad atahun 2004. Sudah sangat lama perkenalan kami. Kami dulu sering bekerja sama di program pemberdayaan dan perlindungan anak di Kota Surabaya. Saat itu belum ada Kota Layak Anak, baru dirintis. Kami bekerjasama untuk memberikan hak-hak anak. Ketika itu saya menjadi pendamping anak di stasiun Wonokromo. Pada tahun-tahun itu lokalisasi masih ada, stasiun belum sebersih sekarang. Dulu Dolly juga masih sangat berkibar, kalau sudah agak kurang laku, dapat ke stasiun Wonokromo. Di bantaran rel kereta api, praktek prostitusi dapat dijumpai. Tidak mahal, karena pelanggan atau pengguna pekerja seks disana juga bukan orang berduit. Mereka kebanyakan adalah tukan becak, penjual asongan hingga buruh bangunan. Saya sempat melakukan pantauan, iseng aja, selama seminggu duduk di bantaran rel kereta api, tiap pagi dan sore menghitung berapa banyak migrasi pekerja dari Sidoarjo yang turun di stasiun Wonokromo dan kalau pas gajian hari Sabtu, bisa dibayangkan betapa ramainya.

Kembali lagi ke Pak Budi, beliau adalah sosok pengusaha yang hebat. Hebat bukan karena ukuran bisnisnya tapi filosofi bisnis yang dia pegang. Ya, dia selalu berpegang jika sebaik mungkin dapat menolong orang lain. Pada waktu itu, saya mendampingi anak-anak yang rawan menjadi korban perdagangan orang, rawan menjadi korban yang dibawa ke prostitusi atau dieksploitasi. Ya, kami akhirnya dapat bekerjasama dengan fasilitas salah satu donor di Kota Surabaya. Saya bertugas menghadirkan, mengawal dan mendampingi adik-adik yang masih usia anak (18 tahun kebawah), sedangkan Pak Budi bertugas untuk memberikan pelatihan setiap harinya. Pelatihan yang diberikan juga tidak mudah, tapi bukan hal yang sulit. Pelatihan menggunakan media pasir dan dan kertas daur ulang. Ya, kerajinan tersebut dapat dijual dan berdaya saing.

Pak Budi adalah sosok yang istimewa, hingga saat ini beliau masih aktif membuat kerajinan tangan untuk dijual. Ada yang dijual di acara car free day ada pula membuat saat ada pesanan. Namun ada sisi hebat lagi, apa itu ? Saat ini beliau masih aktif mengajar kerajinan tangan di beberapa sekolah, lalu setiap murid yang diajari didorong untuk membuat kerajinan dan menjualkan. Beliau memberikan motivasi bahkan modal bahan, jika ada anak yang mau membuat prakarya dan menjualnya, toh menjual sekarang bukan hal sulit. “Sekarang ini menjual bukan hal sulit mas, bisa fb atau path atau twitter atau apalah, yang pentin ada kemauan”, begitu ujarnya. Benar memang, tidak sulit, yang sulit adalah merubah mindset, untuk berani berusaha, berupaya mendapatkan uang melalui kerja keras sendiri.

Pak Budi, tidak hanya berhenti sebagai pengajar, namun juga tetap berproduksi hasil kerajinan berbahan pasir dan kertas daur ulang. Filosofi hidupnya, bahwa hidup itu mengalir saja, yang penting bahagia tidak perlu ngoyo. Benar dan memang bermanfaat, dengan hidup santai tanpa beban dan selalu yakin dan berusaha serta menolong orang lain, Pak Budi hingga sekarang masih berkarya dan tetap mempunyai perhatian pada perlindungan anak, upaya untuk mencegah agar anak tidak menjadi korban perdagangan, korban eksploitasi tetap dilakukan.

Selamat berjuang Pak, tetap semangat dan tetap berbagi kebaikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.