Penguatan Ekonomi Menjadi Solusi Permanen Penutupan Lokalisasi
Jika mendengar kata lokalisasi, pasti terbanyang prostitusi. Banyak pekerja seks, suara musik yang hingar bingar dan kekerasan lain yang ada di dalamnya. Nah, lokalisasi memang tidak jauh dari bayangan tersebut. Belum lagi banyak penyakit yang ada, bisa tertular HIV/AIDS atau penyakit seksual menular lainnya. Bagaimana sih peta lokalisasi di Jawa Timur (Jatim), wah ternyata sangat banyak lokalisasi di Jatim. Pada awal tahun 2011 terdapat 47 lokalisasi pelacuran dan 7.127 orang wanita tuna susila (WTS) yang tinggal di wisma. Pada akhir Juni 2015, telah ditutup sebanyak 46 lokalisasi pelacuran dan tersisa satu lokalisasi di Kota Mojokerto.
Gubernur Jatim Soekarwo melalui Kabiro Adminisitrasi Kesra Setdaprov Jatim Hizbul Wathon kepada beritajatim.com, Rabu (17/6/2015) mengatakan, deklarasi penutupan lokalisasi di Kabupaten Ponorogo dihadiri Menteri Sosial (Mensos) RI Khofifah Indar Parawansa pada 8 Juni 2015. Menurut dia, penutupan lokalisasi di Ponorogo dan lokalisasi lain di Jatim merupakan wujud implementasi sikap kegotongroyongan dan keguyuban masyarakat Jatim dalam rangka menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Yakni, untuk menyelesaikan permasalahan kemaksiatan dan permasalahan sosial lainnya.
Dia menjelaskan, saat ini pemprov masih belum bisa memberikan bantuan karena masih menunggu selesainya mapping yang dilakukan. Dengan mapping ini, lanjutnya, akan diketahui bantuan apa yang diinginkan masyarakat terdampak. “Mungkin nanti ada yang ingin mendapat bantuan rombong bakso, rombong nasi goreng atau bantuan ekonomi lainnya,” ungkapnya. Bantuan-bantuan itu diharapkan bisa bermanfaat, sebagai modal awal untuk merintis usaha baru yang lebih layak dan bermartabat sesuai kodrat seorang wanita.
Penutupan lokalisasi memang menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar dan berat. Besar karena melibatkan banyak sekali unsur, mulai pemerintah hingga masyarakat umum. Berat karena sifatnya berkelanjutan. Bisa dibayangkan berapa ratus orang yang akan menganggur apabila lokalisasi ditutup, mulai dari jasa laundry, penjual makanan keliling, penjual boneka dan aneka kebutuhan rumah tangga hingga kredit simpan pinjam. Jadi solusinya memang akan sangat berat dan membutuhkan tenaga yang besar.
Lalu sejarah lokalisasi di Indonesia dimulai sejak kapan ? Sedikit catatan sejarah yang mengungkap tentang prostitusi Indonesia pada masa sebelum penjajahan bangsa Eropa. Diperkirakan sejak lama telah berlangsung pembelian budak seks dan hubungan seksual yang dilandasi hubungan yang semu lazim terjadi (wikipedia.org). Artinya apa prostitusi yang mengesploitasi perempuan dan anak sudah lama sekali terjadi.
Solusi nyata dari penutupan lokalisasi adalah melalui penguatan ekonomi. Semua program yang diciptakan oleh pemerintah berujung pada penguatan ekonomi, namun hal penting yang tidak boleh dilepaskan adalah pemerintah perlu melakukan :
- Peningkatan kualitas dan kapasitas produksi
- Memperluas jaringan pemasaran produk
- Mengurangi diskriminasi kepada eks-pekerja seks melalui penggunaan produk-produk oleh instansi pemerintah, sehingga nantinya akan diikuti oleh sektor swasta dan masyarakat umum
- Mendampingi dan terus membina produk yang telah dihasilkan
- Memberikan kesempatan pemasaran di event resmi pemerintah hingga mengadakan event bagi produk-produk yang dihasilkan