Surga Ikan Dunia di Indonesia

Banyak sekali informasi yang beredar bahwa hasil perikanan dari perairan Indonesia sangat melimpah. Tidak kurang luas wilayah perairan Indonesia yaitu 5,8 juta kilometer persegi. Bukan suatu luasan yang kecil. Beragam hasil tangkapan ikan dapat kita jumpai dan temui. Komoditas utama seperti udang, tuna, rumput laut hingga kepiting menduduki peringkat teratas di dunia.

 

Mengutip ulasan DR. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng. Staf Ahli Menteri bidang Relevansi dan Produktivitas, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dilihat kondisi geografis, data empirik tentang luas wilayah laut Indonesia adalah 64,97% dari total wilayah Indonesia, yang jika diuraikan adalah : (a) Luas Lautan = 3.544.743,9 km² (UNCLOS 1982), (b) Luas Laut Teritorial = 284.210,90 km², (c) Luas Zona Ekonomi Ekslusif = 2.981.211,00 km², dan (d) Luas Laut 12 Mil = 279.322,00 km², inilah data yang menunjukkan betapa luasnya laut Indonesia. Sementara, Sonny Harry Harmady dalam statementnya menjelaskan bahwa secara geografis, populasi nelayan yang ada di seluruh wilayah Indonesia sangatlah tidak sebanding dengan luasnya lautan Negara, hal ini tidak mengherankan karena dua per tiga wilayah Indonesia adalah lautan yang memiliki potensi perikanan terbesar di dunia. Secara keseluruhan jumlah nelayan di Indonesia diperkirakan sebanyak 2,17 juta (hanya 0,87 persen dari jumlah tenaga kerja Indonesia). Diantaranya ada sekitar 700.000 lebih nelayan yang berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga. Sebagian besar nelayan tinggal tersebar di 3.216 desa yang terkategori sebagai desa nelayan (yaitu area yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan). Provinsi dengan jumlah nelayan paling banyak di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur (mencapai lebih dari 334.000 nelayan), diikuti Jawa Tengah (lebih dari 203.000 nelayan) dan Jawa Barat (sekitar 183.000 nelayan). Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Aceh berturut-turut menjadi provinsi dengan jumlah nelayan terbanyak ke-4, ke-5, dan ke-6 di Indonesia. Jumlah nelayan paling sedikit ditemui di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Maluku Utara.

 

Memahami angka tersebut menunjukkan bahwa “luas lautan” Indonesia “tidaklah sebanding” dengan“jumlah nelayan” yang ada saat ini. Dan bahkan, masih banyak masalah yang tidak semua nelayan memahami seperti teknik penangkapan modern yang “efektif” dan “efisien” serta tata cara penanganan ikan pasca penangkapan. Nelayan tidak paham bahwa penanganan ikan segar merupakan salah satu mata rantai terpenting di dunia perikanan. Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan, teknik penanganan, dan penyimpanan di atas kapal. Hal ini sesuai dengan dengan apa yang disampaikan oleh Dr Herman Maulana, ahli biokimia yang juga Ketua Lembaga Penelitian Tropical Agricultural Center, Bogor dalam paparannya mengatakan bahwa “Kadang-kadang, nelayan kita menggabungkan ikan yang kotor berdarah-darah dengan yang bagus. Ini tidak boleh, mempercepat pembusukan yang lain, produk perikanan punya sifat mudah rusak. Setelah mati, dan tubuh ikan sangat cepat mengalami perubahan, baik fisik maupun kimia.”

 

Menurut survei BPS (Badan Pusat Statistik) hasil sensus 2003-2013, jumlah nelayan tradisional turun dari 1,6 juta menjadi 864 ribu rumah tangga. Sementara nelayan budidaya justru naik, dari 985 ribu menjadi 1,2 juta rumah tangga. Kondisi eksisting diatas diperkuat dengan pernyataan Presiden Republik Indonesia dalam rapat terbatas membahas pengembangan potensi ekonomi Kepulauan Natuna di kantor Presiden di Jakarta, Rabu, 29 Juni 2016 : “Perikanan di Natuna hanya 8,9 persen dari potensi yang kita miliki. Ini perlu dipercepat lagi sehingga bisa mendatangkan manfaat bagi kita,”

 

Menggali Potensi laut bukanlah menjadi tanggung jawab sebuah institusi saja, melainkan tanggung jawab kita bersama, yaitu bangsa, negara dan masyarakat, sehingga dalam memanfaatkan potensi laut perlu membangun kebersamaan sinergi dan kolaborasi yang kuat antar institusi, industri, masyarakat serta perguruan tinggi. Dengan kebersamaan yang harmonis ini kita akan bisa membangun kelautan kita serta memanfaatkan kekayaan itu untuk pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Jika kita mampu melakukan kolaborasi dengan berpijak kepada tugas dan fungsi masing-masing komponen, niscaya potensi yang melimpah bisa dimanfaatkan dengan baik, karena itu kalau hari ini hanya segelintir pemuda yang mau hidup sebagai nelayan, maka kedepan nelayan generasi muda akan segera melaut. Laut akan menjadi tumpuan hidup bagi generasi muda, sehingga akan menjadi faktor kunci bagi pertumbuhan ekonomi di negara ini. Inilah makna dari sebuah kedaulatan politik, kemandirian ekonomi serta kepribadian dalam berbudaya membangun masyarakat nelayan yang profesional, mengakibatkan industri perikanan tangkap menjadi produktif, selanjutnya sektor perikanan menjadi tumpuan harapan terhadap tumbuhnya kegiatan ekonomi dan pasar.

 

Begitu besarnya pangsa pasar, pengolahan ikan pun menjadi hal penting yang perlu mendapatkan perhatian. Hasil kerajinan olahan laut juga menjadi hal yang tidak bisa dibiarkan. Jadi, saatnya berkarya dengan hasil alam yang tersedia sangat melimpah dengan tidak merusak alam. Semoga sukses.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.