Tips Menciptakan Branding Yang Sehat

Setelah kita membaca hypno brand di edisi http://indonesiaberkarya.id/hypno-brand/ .  Kita akan lanjutkan cara membangun brand. Seperti kita ketahui bahwa membangun brand tidak terlepas dari target audience serta mendapatkan feed back dari konsumen. Penelitian pemasaran atau disebut dengan Ethnography pemasaran. Menurut amaliamaulana.com, etnography pemasaran adalah sebuah pendekatan riset kontemporer yang membantu memperoleh consumer insights secara lebih nyata dan mendalam. Banyak contoh lahirnya ide produk baru dan ide komunikasi iklan yang berhasil, karena kekuatan consumer insights yang insightful. Contohnya yaitu pengembangan produk dan komunikasi iklan iPod dan produk-produk Apple lainnya. Seorang ethnographer melalui studi etnografi bertugas membantu perusahaan membaca dinamika yang terjadi di dalam kehidupan konsumen yang berhubungan dengan brand. Melihat dari dekat pengalaman mereka berinteraksi dengan produk.

Apakah hanya produk terkenal yang perlu melakukan etnogtahy pemasaran ? Tentu tidak, saat ini banyak sekali media yang digunakan untuk melakukan penetian tersebut, dapat menggunakan media sosial. Misalkan kita menghasilkan produk kerajinan tangan, maka penjualan kita dapat melalui media sosial, pemasaran langsung door to door, dapat pula membuka boutik ataupun membuka stand di pameran. Nah, cara mengukur seberapa kuat branding yang telah kita lakukan, kita dapat melakukan kuis menggunakan media sosial, aau juga bertanya secara langsung kepada konsumen yang kita jumpai.

Menyelami dan memahami secara mendalam bagaimana peranan produk dalam habitat asli konsumennya perlu dilakukan, sebagaimana amaliamaulana.com paparkan. Sama halnya dengan manusia, kesehatan brand harus dicek serutin mungkin. Dalam evaluasi rutin inilah, akan bisa dideteksi sejak awal, penyakit atau calon penyakit yang menghinggapi. Dengan solusi ringan, brand bisa sehat kembali dan kembali berjalan sesuai dengan cita-cita perusahaan. Perusahaan perlu melakukan Brand Audit yaitu sebuah kegiatan penelitian untuk mengevaluasi brand. Penelitian ini bersifat internal, ke dalam perusahaan, dan juga eksternal, ke arah ke luar perusahaan. Secara holistic sebuah brand akan masuk ke dalam pengujian yang lengkap untuk mendapatkan “rapor” kesehatannya. Dengan melihat ukuran atau parameter yang jelas, rapor brand dalam segala aspek branding bisa dipotret. Berbekal rapor inilah, seorang brand manager mengatur strategi branding-nya.

Tiga unsur terpenting branding adalah 3C’s yaitu Clarity (jelas), Consistency(tetap pada image-nya), dan Constancy (selalu ada di mana dibutuhkan). Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan perusahaan melakukan perubahan pada branding-nya. Pertama, akibat tekanan dari pesaing yang tidak mampu ditahannya. Kedua, tekanan dari perubahan perilaku konsumen, yang mungkin akibat dari berubahnya teknologi. Alasan lainnya yaitu masalah prioritas perusahaan yang telah berubah. Perubahan branding yang dikenal dengan nama rebranding dan/atau repositioning adalah saran terakhir yang bisa diberikan untuk sebuah brand. Selama masih bisa dipertahankan dan diarahkan kembali ke jalur semula, perusahaan jangan terlalu terburu-buru untuk mengganti cita-cita brand.

Selamat berkarya dan membangun brand yang kuat dengan branding yang tepat.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.